Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

DOWNLOAD CONTOH PTK MATEMATIKA OPERASI HITUNG SD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS V SDN TANGGULANGIN I

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Untuk Mendapatkan file BAB1-5 Hub 0856 42 444 991


ABSTRAK

SUHARTO. NIP. 19610707 198703 1 009. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas V SDN Tanggulangin I. Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran CTL yang paling efektif dan efisien pada materi operasi hitung penjumlahan pecahan pada siswa kelas V SDN Tanggulangin I; (2) Besarnya peningkatan prestasi belajar siswa sebagai dampak dari pelaksanaan pembelajaran CTL pada materi operasi hitung pecahan untuk siswa kelas V SDN Tanggulangin I.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Tanggulangin I pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan prosedur siklus, yaitu menggunakan 2 siklus dalam pelaksanaan penelitian. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Keabsahan data diuji dengan cara triangulasi, yaitu triangulasi metode dan triangulasi data. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, test, dokumentasi, dan wawancara.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Pembelajaran CTL cukup efektif dilaksankan dengan memasukkan unsur-unsur CTL yang dikemukakan para ahli, yaitu unsur konstruktivisme, inquiry, questioning, learning community, modeling, authentic assessement, dan reflection; (2) Pelaksanaan CTL untuk operasi hitung penjumlahan bilangan pecahan terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, baik dilihat dari nilai rata-rata siswa maupun ketuntasan belajar siswa, dimana setelah pelaksanaan CTL pada siklus II nilai rata-rata siswa (7,67) lebih tinggi dari target yang ditetapkan guru (7,5), dan ketuntasan belajar siswa mencapai 91,67% yang lebih tinggi dari KKM yang ditetapkan guru yaitu 75% siswa tuntas belajar.


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi atau aset yang berharga bagi setiap orang sebagai sumber daya manusia suatu bangsa, dimana investasi akan dapat meningkatkan nilai manusia dengan kualitas pendidikan yang bermutu. Seseorang yang memperoleh pendidikan yang semakin bermutu diharapkan akan mempunyai kualitas yang jauh lebih baik. Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Menurut Hidayat (2008: 14), kesadaran berbagai negara-nagara maju maupun berkembang terhadap arti penting pendidikan ini diindikasikan dengan salah satu langkah konkret yaitu menetapkan anggaran pendidikan yang lebih besar dibandingkan anggaran lainnya. China dan Korea Selatan menjadi dua negara yang begitu menekankan pentingnya pendidikan bagi rakyatnya, dimana anggaran pendidikan di China mencapai 13,1% dari anggaran negara, sedangkan di Korea Selatan memiliki anggaran pendidikan negara mencapai 18,9%. Nagara juga RI telah menganggarkan 20% dari APBN untuk kepentingan dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM calon generasi penerus agar bangsa ini mampu berkiprah dalam globalisasi dunia.

Langkah pemerintah Republik Indonesia dalam berbagai upayanya meningkatkan kualitas pendidikan juga dilakukan dalam system politik pendidikan, yaitu pencanangan otonomi pendidikan, dimana setiap satuan pendidikan dituntut untuk mampu menyelenggarakan usrusannya secara mandiri, sehingga sekolah sebagai satuan pendidikan diharapkan mampu mengembangkan berbagai inovasi program-program pendidikan yang berdaya saing tinggi (Rahmawan, 2009: 9). Sekolah melalui manajemen pendidikan yang otonomis diharapkan dapat memberdayakan setiap komponen pendidikan termasuk guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah masing-masing dalam rangka meningkatkan kualitas  output pendidikan di sekolah. Melalui langkah-langkah yang strategis, manajemen sekolah beserta guru dapat mengembangkan berbagai upaya inovatif dalam proses pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi siswa, guru, dan sekolah dalam rangka memperkuat factor-faktor positif yang mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa, serta mengurangi factor-faktor negative yang berperan menurunkan kualitas hasil belajar siswa.
Menurt Slameto (2006: 39), salah satu komponen yang mampu mempengaruhi hasil pembelajaran adalah lingkungan sekolah, termasuk didalamnya adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan guru. Berdasarkan konsep tersebut, pendekatan-pendekatan dalam proses  pembelajaran merupupakan salah satu factor penting yang perlu diperhatikan oleh guru. Pendekatan-pendekatan yang baik merupakan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang memperhatikan sisi kejiwaan (psikologis) siswa dan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga dapat dilaksanakan suatu proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Hal yang cukup disayangkan adalah masalah kualitas proses pembelajaran ini masih kurang mendapat perhatian dari para guru. Yuslan (2009) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa masih terdapat sekitar 80% guru yang hanya sekedar melaksanakan proses pembelajaran seperti sebelumnya, tanpa adanya inovasi-inovasi baru dalam pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang menganut model pembelajaran yang modern adalah strategi Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Johnson (2002: 57), CTL merupakan sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah sebuah sistem pembelajaran yang cocok dengan otak untuk menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan shari-hari siswa. Johnson juga menjelaskan bahwa dengan memanfaat kenyataan bahwa lingkungan merangsang sel-sel saraf otak untuk membentuk jalan, sistem ini (CTL) memfokuskan diri pada konteks, pada hubungan-hubungan. Konteks oleh Johnson diberi makna bukan sekedar kejadian-kejadian yang terjadi pada suatu tempat dan waktu, akan tetapi juga terdiri atas asumsi-asumsi bawah sadar yang diserap selama seseorang tumbuh, dari keyakinan yang dipegang kuat, dan dari nilai-nilai yang membentuk pengertian pada diri seseorang.  Jonson menggambarkan bahwa yang diharapkan dari CTL lebih besar dari sekedar pelajaran apa yang harus diterapkan dalam konteks, lebih besar dari sekadar membantu siswa mengidentifikasi obyek, masalah, atau isu yang dipilih, atau juga menempatkan pelajaran dalam situasi yang nyata. Johnson menjelaskan bahwa CTL dikembangkan dengan membangun sebuah jawaban atas pertanyaan “Dalam konteks yang lebih besar seperti apa sebuah pelajaran sebaiknya dimasukkan?”
Siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Tanggul Angin Kecamatan Jatisrono selama ini  memiliki prestasi belajar Matematika yang kurang baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas yang cukup rendah yaitu 6,5 dan ketuntasan belajar yang masih rendah yang jauh dari standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan guru. Ketuntasan minimal yang ditetapkan adalah 80% siswa tuntas belajar dengan nilai Matematika minimal  7,  sedang yang tercapai baru 50%.  Hasil identifikasi guru tentang masalah ini adalah siswa menjadikan kebiasaan menghitung sebagai sebuah hafalan, sehingga ketika suatu persoalan memerlukan logika berfikir maka siswa menjadi lemah dalam menemukan jawabannya. Siswa masih kurang mampu mengaitkan antara angka dengan hal-hal nyata dalam kehidupan. Kelemahan ini tampak jika soal yang dikembangkan adalah soal cerita, dimana siswa paling lemah dalam menemukan jawabannya. Kurangnya penguasaan materi Matematika ini salah satunya adalah pada materi penjumlahan pecahan, dimana siswa terlihat banyak melakukan kesalahan dalam proses perhitungan akibat konsep yang kurang matang pada siswa.
Atas dasar uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka diyakini cukup penting untuk mengembangkan penelitian tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas V SDN Tanggulangin I Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010


DAFTAR PUSTAKA


 
 

Arifin, Zainal. 1998. Evaluasi Instruksional Prinsip dan Prosedur. Bandung : CV Karya

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. University Press

Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Learning Center (MLC)

Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Martinis Yamin. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.

Melvin K. Silberman. 2004. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktiv. Bandung: Nusamedia

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.

Slavin, Robert. 1994. Cooperatif Learning. (Terjemahan Agus Susanto). Boston University

Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.